Thanks for the link..
CLELY said:
ctjcad,that article is in KOMPAS today's edition (25/09/06), you can browse on KOMPAS website :
www.kompas.com, click Edisi Cetak/hard-press then choose Sport content at the left side and finally you can read the article.
thank you CLELY...I like the 2nd to last paragraph, it is very true...
Anyways,
indra, if you don't mind, could you provide us a translation for this article..thanks in advance.-

========================================================
KOMPAS-Olahraga
Senin, 25 September 2006
CATATAN BULU TANGKIS
Konsistensi adalah Kata Kunci
Masa untuk berduka dan kecewa sudah lewat. Juara-juara dunia 2006 sudah diputuskan di lapangan Palacio de Deportes, Madrid, Spanyol, Minggu (24/9). Indonesia menjadi penonton.
China merebut empat gelar dan menyisakan satu gelar ganda campuran pada pasangan Inggris, Nathan Robertson/Gail Emms. (Pada tahun 1960-an hingga 1970-an, ganda campuran didominasi para pemain Eropa)
Para anggota Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan para pelatih seharusnya sudah sejak Sabtu berpikir dan menyusun strategi untuk kembali merebut posisi di papan atas dunia dan menciptakan pemain-pemain yang disegani lawan.
Setahun dari sekarang, pertarungan seperti ini akan kembali terulang. Simulasi tentang apa yang bakal terjadi tahun depan sudah bisa dilakukan di pikiran kita masing-masing. Lengkap dengan berbagai variannya, lengkap dengan berbagai perkiraan akan strategi lawan.
Dalam setahun, tidak banyak target-target puncak yang "mengharuskan" pemain kita menang. Di antaranya adalah Kejuaraan Dunia, All England untuk nomor individu serta Piala Thomas dan Piala Uber untuk beregu putra dan putri, serta Piala Sudirman untuk beregu campuran. Nomor beregu ini pun berselang-seling tiap tahun.
Sebagai negara dengan sejarah bulu tangkis yang hebat nyaris 50 tahun ini, Indonesia sudah saatnya kembali "unjuk gigi" merebut gelar penting tersebut.
Semua kejuaraan tersebut telah dijadwalkan jauh-jauh hari. Artinya, perencanaan pengembangan seorang pemain melalui kejuaraan-kejuaraan juga bisa dilakukan jauh-jauh hari.
Jika program pemain sudah disetujui di awal tahun kompetisi, adalah kewajiban PBSI untuk mewujudkan semua program tersebut. Jangan terlalu banyak "improvisasi" di tengah jalan karena hal itu hanya akan membingungkan pemain dan hasilnya bisa sangat kontraproduktif. Pemain akan frustrasi.
Bukan tak mungkin pemain memilih mundur dari pemusatan latihan nasional (pelatnas).
Sementara itu, persoalan yang sering mengemuka dalam setiap kegagalan adalah masalah nonteknis. Masalah nonteknis menjadi persoalan klasik yang tidak kunjung selesai. Masalah nonteknis sangat individual sifatnya.
Selain perlu bantuan psikolog, yang masih kurang optimal dilakukan, penerapan kebijakan yang konsisten juga memengaruhi mental pemain. Perlakuan istimewa terhadap seorang pemain hanya akan mengundang kecemburuan dan rasa malas di kalangan pemain.
Seperti kata Sekretaris Jenderal PB PBSI yang juga pakar olahraga kawakan, MF Siregar, konsistensi adalah kata kunci yang harus dipegang. Dia sendiri sudah membuktikannya saat mempersiapkan tim ke Olimpiade Barcelona 1992, saat itu Indonesia merebut dua emas, yang belum terulang lagi. (isw)