Yes, i saw him play/spar in doubles before..
newjazz, thanks for sharing the info..
...and re Taufik playing doubles, yes i saw him and it was in last yr's WC and yes he sparred in both MD and XD..It's quite a sight watching him play doubles though..I can imagine how he would do if he's playing those roles..
BTW, from the pic, seemed like Taufik's physique hasn't looked much different from a few weeks ago, when he was competing(i don't know, maybe the baggy clothing he's wearing)..
Anyways, here's the entire article, if anyone don't mind me posting...On that note, anyone willing to help us with the translation(ie. indra, babonimut or ssuly)...greatly appreciated..

Kejurnas Bulutangkis Djarum 2006
Taufik pun Belum Berkeringat
Taufik Hidayat main tunggal? Itu biasa. Justru di sektor itu dia telah mengukir prestasi hebat: medali emas Olimpiade Athena 2004 dan Juara Dunia 2005. Kini dia main di ganda. Apakah dia sudah bosan dan ingin mencari suasana baru?
Taufik Hidayat dan Lita Nurlita, belum mendapat tantangan berarti.
“Tidak. Dulu sih pernah main di ganda saat Kejurnas 2004 di Yogyakarta. Saya harus main karena Flandy dan Hendra A.G. belum datang,” sebutnya.
Karena Flandy Limpele dan Hendra Aprida Gunawan belum datang dari Belanda Terbuka, terpaksa Taufik harus main rangkap pada Kejurnas Bulutangkis Djarum 2006 di GOR Unimed, Medan, 14-18 November. Demi klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS) Elektrik Bandung, dia sudi main ganda putra dan campuran.
Pelatih SGS, Paulus Firman, pun menyebut hal itu terpaksa dilakukan. Baru setelah Flandy dan Hendra datang Taufik akan kembali ke habitat asli. “Kami kekurangan pemain, terpaksa Taufik harus main rangkap,” sebutnya.
Di hari pertama kejurnas berhadiah total Rp 150 juta, Selasa, Taufik duet dengan Lita Nurlita di campuran. Di ganda putra, pemain berusia 25 tahun ini berpasangan dengan Yoga Ukikasah.
Hanya, karena belum bertemu lawan sepadan di penyisihan Grup E, Taufik dan pemain Pelatnas Cipayung yang berlaga di kancah kejurnas beregu campuran belum berkeringat. Maklum, lawan-lawan dari klub Putra Jambi, Bina Bangsa Jakarta, dan Putra Cilegon Banten masih beda kelas.
Kendati begitu, penampilan Taufik tetap mengundang perhatian penonton. Publik Medan merasa terhibur dengan aksinya. Tak hanya menonton, mereka juga kerap mengabadikan momen itu lewat kamera di telepon genggamnya.
Ditambah Lari
Merasa kurang berkeringat, Hendra Setiawan, yang berpasangan dengan Markis Kido, malah perlu menambah porsi dengan berlari di seputar GOR. Itu dilakukan setelah memastikan Jaya Raya menang 5-0 atas klub Icli Gowata Sulsel. Kemenangan mudah 21-8, 21-9 atas Nur/Rahmat dirasakan kurang memuaskan Hendra.
“Nggak keluar keringat. Karena itu, pelatih Sigit Pamungkas menyuruh saya lari saja,” sebut juara Cina Terbuka dan Invitasi Piala Dunia di Yiyang ini sambil ngeloyor ke luar stadion.
Hal serupa juga terjadi pada Luluk Hadiyanto/Frans Kurniawan. Pemain asal klub Djarum Kudus ini tidak perlu bersusah payah untuk mengalahkan Sugino/Syahril (PB Laras Simalungun) 21-7, 21-10.
“Harus diakui lawan belum sekelas. Jadi, pertandingan ini digunakan untuk pemanasan saja,” sebut pelatih Djarum, Christian Hadinata.
“Ya, Mas. Saya belum banyak berkeringat sudah menang,” celetuk Luluk.
Kejurnas beregu campuran antarklub tahun ini akhirnya diikuti 24 klub setelah enam klub tidak hadir di Medan. Mereka adalah Kaltim I, Kaltim II, Pegadaian Sulsel, Bumi Katulistiwa Kalbar, Silva Riau, dan Mura Sulsel. Pada waktu bersamaan juga digelar kejuaraan perseorangan untuk kelompok taruna.
Broto Happy W./Marwis Umsa/Foto: Broto Happy W.
Final Kepagian SGS vs Suryanaga
“Ini partai real final,” sebut pelatih Suryanaga Gudang Garam Surabaya, Wijanarko. Memang duel antara Suryanaga melawan Sangkuriang Graha Sarana (SGS) Elektrik Bandung di perempatfinal Kejurnas Bulutangkis Djarum 2006, Kamis (16/11), bisa disebut sebagai final kepagian.
Betapa tidak? Undian kedua tim ini kurang beruntung. Mereka harus berjibaku lebih awal dibanding dengan klub besar lain macam Djarum, Tangkas Bogasari, dan Jaya Raya Jakarta, yang diperkirakan akan mudah melaju langsung ke semifinal. Sementara itu, SGS dan Suryanaga untuk ke babak 4 besar harus saling bunuh lebih dulu.
Sebagai juara Grup E, SGS memang harus bertemu juara Grup F, yang ditempati Suryanaga di perempatfinal. Di sinilah “final sebenarnya” sekaligus ajang paling tepat untuk membuktikan siapa sebenarnya yang lebih jago.
Pasalnya sejak awal kedua klub ini masing-masing mengklaim dirinya lebih baik dibanding seterunya. Wajar saat penentuan ranking hingga proses undian kejurnas berhadiah total Rp 150 juta itu diwarnai kontroversi. Keduanya tidak puas dan merasa dicurangi.
Karena sudah panas sejak pertemuan teknik, partai yang bakal digelar mulai pukul 14.00 WIB di GOR Unimed, Medan, ini dipastikan sengit. SGS dipastikan dibela Taufik Hidayat, Flandy Limpele, Hendra Aprida Gunawan, Yoga Ukikasah, Lita Nurlita, Stevanie, dll.
“Ini partai seru. Saya pun sulit memprediksi siapa yang akan menang,” sebut Lutfi Hamid, pembina SGS Elektrik.
Sementara itu, Suryanaga diperkuat Sony Dwi Kuncoro, Alven Yulianto, Tri Kusharjanto, Bambang Suprianto, Vicki Indra Okvana, Fauzi Adnan, Yunita Tetty, atau Holly Yusiana.
“Pasti rame, Mas,” komentar Sony, yang kini mengecat rambutnya jadi pirang. (bhw/wis)